Mahasiswa FKIK Unkhair Ciptakan Minyak Gosok “Paceng-Paceng” dari Limbah Daun Pala dan Cengkeh: Inovasi Kesehatan dari Bumi Rempah Maluku Utara
Mahasiswa FKIK Unkhair Ciptakan Minyak Gosok “Paceng-Paceng” dari Limbah Daun Pala dan Cengkeh: Inovasi Kesehatan dari Bumi Rempah Maluku Utara
Ternate, 21 Oktober 2025 oleh apt. Aditya Sindu Sakti, M.Si.
Ternate, Maluku Utara — Tim dosen dan mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Khairun (Unkhair) Ternate berhasil mengubah limbah daun pala dan daun cengkeh menjadi produk minyak gosok herbal bernama “Paceng-Paceng”, yang kini mulai dikenal sebagai inovasi lokal khas Maluku Utara. Program ini merupakan hasil kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Kewirausahaan Tingkat Fakultas yang dilaksanakan di Desa Gufasa, Kecamatan Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, dengan dukungan LPPM Universitas Khairun.
Program tersebut dipimpin oleh Sandrawati, S.Si., M.Si., bersama tim dosen Hesti Trisnianti Burhan, S.Farm., M.Si., Apt., dan Lola Tulak Rerung, S.Farm., M.Si., dengan melibatkan mahasiswa serta kelompok petani rempah lokal sebagai mitra. Inovasi ini muncul dari keprihatinan terhadap banyaknya daun pala dan daun cengkeh yang selama ini hanya dibuang sebagai limbah, padahal keduanya mengandung senyawa aktif bernilai tinggi seperti eugenol dan myristicin yang berkhasiat sebagai antiseptik, analgesik, dan relaksan alami.
Menurut Sandrawati, daun-daun tersebut sebelumnya dianggap tidak bernilai ekonomi karena masyarakat hanya fokus pada buah pala dan bunga cengkeh. “Padahal, dari sisi kimia farmasi, daun pala dan cengkeh memiliki kandungan minyak atsiri dengan aktivitas antibakteri, antioksidan, dan antiinflamasi yang sangat potensial untuk produk kesehatan tradisional,” ujarnya dalam wawancara seusai kegiatan.
Melalui pendekatan partisipatif, tim Unkhair melakukan pelatihan terpadu kepada 25 warga Desa Gufasa yang mencakup tahap sosialisasi, pelatihan pembuatan minyak gosok, hingga strategi pemasaran digital. Dalam kegiatan ini, warga dilibatkan langsung mulai dari pengumpulan daun, proses penyulingan sederhana, hingga formulasi dan pengemasan minyak gosok. Laboratorium Farmasetika dan Bahan Alam FKIK digunakan sebagai pusat produksi skala laboratorium untuk menjamin mutu dan keamanan produk.
Hasil pelatihan menunjukkan peningkatan signifikan dalam pengetahuan peserta. Berdasarkan evaluasi pre-test dan post-test, terjadi peningkatan rata-rata skor dari 40,4 menjadi 86,4, dengan nilai rata-rata N-Gain sebesar 0,76 atau efektivitas program mencapai 77,02%. Angka ini menempatkan program pelatihan dalam kategori efektif tinggi. “Data tersebut membuktikan bahwa pelatihan tidak hanya menambah wawasan, tetapi juga mengubah cara pandang masyarakat terhadap potensi lokal,” kata Hesti Trisnianti Burhan, selaku koordinator pelatihan.
Selain menghasilkan produk fungsional, kegiatan ini juga memperkenalkan konsep kewirausahaan berbasis sumber daya lokal, di mana warga diajarkan cara mengemas dan memasarkan produk “Paceng-Paceng” baik secara konvensional maupun melalui media sosial. Pendekatan ini diharapkan mampu menumbuhkan ekonomi kreatif desa berbasis bahan alam. “Produk ini bisa menjadi oleh-oleh khas Maluku Utara yang memadukan nilai budaya, kesehatan, dan keberlanjutan,” jelas Lola Tulak Rerung.
Minyak gosok “Paceng-Paceng” yang dihasilkan memiliki aroma khas rempah Maluku dengan sensasi hangat menenangkan, cocok digunakan untuk pijat, pegal, atau relaksasi. Produk ini memanfaatkan kombinasi minyak atsiri daun pala dan daun cengkeh hasil penyulingan lokal, yang diformulasikan dengan teknik sederhana namun memenuhi standar keamanan sediaan farmasi.
Inovasi ini juga sejalan dengan misi nasional pengembangan produk herbal unggulan berbasis kearifan lokal serta mendukung Sustainable Development Goals (SDG) nomor 3 (Good Health and Well-Being) dan SDG nomor 8 (Decent Work and Economic Growth). “Kegiatan ini membuktikan bahwa inovasi kesehatan tidak selalu harus datang dari industri besar—dari dapur desa pun bisa lahir produk yang berkualitas jika ada bimbingan ilmiah yang tepat,” tegas Sandrawati.
Melalui pendampingan lanjutan, tim FKIK Unkhair akan membantu masyarakat Desa Gufasa dalam pengurusan izin edar dan sertifikasi produk, sekaligus memperluas produksi “Paceng-Paceng” menjadi usaha mikro berdaya saing. Rencana jangka panjangnya, produk ini akan dikembangkan menjadi minyak aromaterapi dan balsam herbal khas Maluku Utara, sebagai bagian dari upaya pengembangan ekonomi berbasis rempah.
Kegiatan ini juga diapresiasi oleh pemerintah desa setempat yang menilai program tersebut berhasil menghidupkan kembali nilai ekonomi rempah khas Maluku Utara. “Kami bangga karena daun-daun yang dulu dibuang kini bisa menjadi sumber penghasilan dan kebanggaan baru masyarakat Gufasa,” ujar salah satu tokoh masyarakat dalam sambutan penutupan kegiatan.
Dengan semangat kolaborasi antara akademisi, mahasiswa, dan masyarakat, inovasi “Paceng-Paceng” menjadi bukti bahwa ilmu pengetahuan dapat menjembatani tradisi dan teknologi, melahirkan produk kesehatan alami yang berakar dari bumi rempah, untuk masa depan ekonomi lokal yang berkelanjutan.
HUBUNGI KAMI
Alamat:
Jl. Pertamina Kampus II Unkhair Gambesi Kota Ternate Selatan.
Hak Cipta © 2025 Program Studi S1 Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Khairun